10/02/11

Kisah cinta kami


Gambar bersama suami tercinta. Bernama Dr. Ahmad Sahidah, asli Madura, tepatnya Kabupaten Sumenep. Dialah yang memberikan saya kebahagiaan lahir dan batin. Di sisinya saya merasakan ketentraman yang tak terhingga, tinggi hingga puncak bahagia. Apa yang membuat itu terjadi dan nyata? adalah sebuah keajaiban yang saya sendiri tidak dapat menguraikannya.

Saat itu saya, seorang mahasiswi sebuah perguruan tinggi Islam di Jogja, yang tidak begitu ramah kepadanya, melihatnya hanya dari sebelah mata, ternyata akhirnya bertekuk lutut di hadapnya. Jangan anggap mudah melaluinya, segalanya penuh dengan lika-liku. Hanya kata jodoh yang dapat menjawab segala pertanyaan yang berkecamuk di dada.

Dia begitu ramah pada saya, suaranya terasa berbeda saat mendengar setiap patah kata. Kadang saya ingin tertawa dibuatnya, tetapi jujur saya tahan, khawatir dia tersinggung. Padahal bukan karena suaranya lucu, tetapi karena kata-katanya yang memang sangat puitis dan bagi saya itu adalah aneh. Saya bukanlah gadis yang suka dimanjakan dengan puisi dan filosofi cinta. Bayangkan saja bahwa saya adalah seorang vokalis sebuah band beraliran alternatif, tentunya bukanlah gadis yang manis dan suka dengan kemesraan berlebih.

Tetapi apapun, itu adalah bagian dari cara mengaktualisasikan sebuah rasa, saya wajib menghargainya. Saat itu memang terasa dunia ini bagaikan terbalik, saya merasakan berbagai keanehan yang harus dihadapi. Lambat laun waktu berjalan, saya pun tidak tahu mengapa tiba-tiba rasa itu hadir, menggelayut di benak, di hati, di seluruh jiwa, seakan darah mengalir dengan diiringi namanya, suaranya dan tawanya.

Lalu kangen menghantam saya, memukul, membaham seluruh keegoan saya. Terpuruklah pada sebuah kenyataan, bahwa cinta itu memang hadir dengan serta merta. Taukah mengapa? saya  amat sangat yakin, itu karena doa dan restu orang tua. Benar-benar akan menjadi sebuah revolusi hidup bagi saya.


Inilah hasil dari sebuah cinta dan doa yang tiada akhir, seorang gadis mungil berperawakan montok serta berlesung pipit. Begitu menggemaskan kami, Nabiyya panggilannya. Tak perlu panjang lebar lagi, inilah kisah cinta saya dan suami, membahana di jiwa kami. 

Selalu indah tiada akhir. Alhamdulillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar